welcome to the physics area

Senin, 19 September 2011

Peraih Nobel Fisika dari Masa ke Masa ( 2000 - 2010 )


Sahabat Fisika saat ini kami akan share sedikit Informasi yang masih berhubungan dengan Fisika yaitu tentang Para Ilmuwan Peraih Penghargaan Nobel di Bidang Fisika tentunya. Berhubung Banyak sekali Ilmuan Fisika yang meraih Penghargaan ini, maka kami hanya akan menyampaikan informasi Para Ilmuan Fisika Peraih Nobel dari Tahun 2000 hingga tahun 2010 saja.

Sebelum kita share para Ilmuannya kita cari tahu dulu Penghargaan Nobel itu apa ya..?
Penghargaan Nobel dianugrahkan setiap tahun kepada mereka yang telah melakukan penelitian yang luar biasa, menemukan teknik atau peralatan yang baru atau telah melakukan kontribusi luar biasa pada masyarakat. Saat ini Penghargaan Nobel dianggap sebagai penghargaan tertinggi bagi mereka yang mempunyai jasa besar terhadap dunia.
Penghargaan Nobel sendiri di ambil dari nama seorang industrialis Swedia, dan seorang penemu dinamit yaitu Alfred Nobel.



Sebelum beliau wafat pada tahun 1896, beliau memberikan wasiat untuk diadakannya penghargaan Nobel yang diberikan kepada mereka yang berjasa besar terhadap kemanusiaan, orang-orang yang paling giat melaksanakan hubungan yang bersifat internasional, pendiri pergerakan perdamaian atau berusaha mengurangi atau melenyapkan peperangan. Wasiat tersebut beliau tandatangani di Swedish-Norwegian Club di Paris pada tanggal 27 November 1895. Hal ini beliau dilakukan karena ia terkejut melihat hasil penemuannya justru dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang merusak.
Pada saat ini Penghargaan ini dianugrahkan untuk 6 bidang tertentu, yaitu Fisika, Kimia, Fisiologi atau Kedokteran, Sastra, Perdamaian dan Ekonomi. dan di bawah ini adalah daftar beberapa Ilmuwan Fisika Peraih Nobel dari tahun 2000 hingga 2011 beserta penemuan yang membawanya meraih Penghargaan Bergengsi ini.

Tahun 2000

Pada tahun 2000 ada tiga pemenang Nobel di bidang Fisika . Mereka itu adalah Insinyur Jack S. Kilby yang berasal dari Amerika,  Dr. Zhores I. Alferov yang berasal dari Rusia dan Dr. Herbert Kroemer yang berasal dari Jerman . Mereka bertiga dianggap berjasa dalam mengembangkan perangkat elektronik sehingga mengantarkan ke arah perkembangan pemanfaatan komputer yang sangat fantastis. Penemuan yang membawa mereka meraih Penghargaan Nobel itu sendiri yaitu, suatu pengembangan heterostruktur semikonduktor digunakan dalam kecepatan tinggi dan opto-elektroniks(elektronika Optis) dan bagiannya dalam pengembangan sirkuit gabungan. Suatu rancangan komponen elektronik berupa rangkaian terpadu atau integrated circuits (IC) yang kini lebih dikenal sebagai chip. Komponen elektronik berukuran sangat kecil itu berperan sebagai “otak elektronik” pada setiap komputer.

Tahun 2001

Eric Allin Cornell, Wolfgang Ketterle,dan  Carl Edwin Wieman. Ketiganya berasal dari dua Negara berbeda yaitu Amerika dan Jerman. Mereka meraih Penghargaan Nobel untuk prestasi pada kondensasi Bose-Einstein dalam gas cair dari atom alkali, dan untuk studi fundamental yang merupakan awal dari sifat kondensasi.

Tahun 2002

Raymond Davis, Jr yang berasal dari Amerika,  Riccardo Giacconi yang juga berasal dari Amerika dan Masatoshi Koshiba yang berasal dari negeri tirai bamboo Jepang. Mereka meraih Penghargaan Nobel  untuk sumbangan pionir pada astrofisika, khususnya pada deteksi neutrino kosmik dan untuk sumbangan pionir pada astrofisika juga, yang telah menyebabkan penemuan sumber sinar X kosmik.

Tahun 2003

Anthony James Leggett yang berkebangsaan Britania-Amerika, Alexei Alexeevich Abrokosov beradasl, dan  Vitaly Lazarevich Ginzburg yang berasal dari Rusia-Amerika. Mereka mendapatkan Penghargaan Nobel untuk sumbangan pionir pada teori superkonduktor dan superfluida.

Tahun 2004

David J Gross, H David Politzer, dan Frank Wilczek. Mereka bertiga berasal dari Amerika dan meraih Nobel untuk penemuan kebebasan asimtot dalam teori interaksi kuat . Mereka membantu memecahkan masalah alam dari apa yang dikenal sebagai Gaya Kuat dan yang mengikat atom bersama.

Tahun 2005

John L Hall yang berkebangsaan Amerika dan Theodore W Hansch yang berkebangsaan Jerman. Mereka meraih Penghargaan untuk sumbangan mereka kepada perkembangan spektroskopi tepat berbasiskan laser, termasuk teknik penyisiran frekuensi optic.

Tahun 2006

John C. Mather dan George F Smoot, keduanya adalah ilmuwan asal Amerika Serikat yang berprestasi di bidang Fisika. Mereka berdua menerima Nobel karena karya mereka soal asal mula alam semesta serta obvervasi yang dilakukan, berperan besar dalam perkembangan kosmologi moderen untuk penemuan benda hitam dan anisotropi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik.

Tahun 2007

Albert Fert adalah fisikawan Perancis dan penemu efek GMR (Giant Magnetoresistance) yang membawa terobosan dalam gigabita cakram keras. Ia merupakan pengajar di Université Paris-Sud di Orsay dan direktur sains pada laboratorium bersama (Unité mixte de physique) antara Centre national de la recherche scientifique (Pusat Penelitian Nasional) dan Thales Group. Bersama dengan Albert Fert,  Peter Grunberg  yang merupakan fisikawan Jerman dan juga salah seorang penemu efek GMR (Giant Magnetoresistance) yang membawa terobosan dalam gigabita cakram keras yang membawa mereka meraih Penghargaan Nobel di bidang Fisika.



Tahun 2008

Makoto Kobayashi, Toshihide Maskawa, dan Yoichiro Nambu adalah tiga Ilmuan Fisika yang berkebangsaan jepang. Mereka bertiga meraih Penghargaan Nobel pada tahun 2008 untuk penemuan mekanisme pemecahan simetri spontan dalam fisika sub atom.


Charles K. Kao, Willard Boyle, dan George E. Smith yang berasal dari amerika meraih Penghargaan Nobel pada tahun 2009 atas jasanya dalam penemuan di bidang serat optik dan sensor citra CCD .

Tahun 2010

Andre Geim dan Konstantin Novoselov, keduanya beasal dari Universitas Manchester, Inggris, mendapat hadiah nobel dalam bidang Fisika pada tahun 2010 untuk penelitiannya mengenai graphene.
Barang sederhana itu ternyata membuka jalan bagi penemuan besar. Andre Geim dan Konstantin Novoselov sedang mencari akal bagaimana mengambil contoh material dari grafit, bahan yang biasa dipakai untuk pensil. Kedua ilmuwan kelahiran Rusia itu sedang berupaya menengok lapisan paling tipis dari grafit sampai pada ikatan atom-atom karbonnya.
Mereka pun mencoba memakai selotip buatan pabrik 3M (scotch tape) yang sudah terkenal daya lekatnya itu. Selotip besar itu ditempelkan di grafit untuk mengambil sampel serbuk-serbuk karbonnya. Dengan metode sederhana itu, keduanya kemudian menulis hasil penelitian atas lapisan ikatan atom karbon di grafit, yang dikenal dengan nama graphene, dalam jurnal Nature Materials tahun 2007. Tiga tahun kemudian, Geim dan Novoselov diganjar hadiah nobel bidang fisika karena berhasil mengambil sampel graphene dan mempelajarinya, berkat sebuah selotip.
Apa istimewanya selotip Scotch? Perangkat itu sebelumnya telah banyak membantu berbagai penelitian di laboratorium. Atas jasanya, manusia kini menemukan graphene, materi dalam bentuk lembaran paling tipis yang pernah ditemukan manusia. Tersusun atas atom karbon dalam kerangka segi enam yang berbentuk seperti sarang lebah, bila diperbesar graphene akan tampak seperti kawat kasa.
Graphene merupakan material baru yang memiliki sifat elektronik unggul, di antaranya adalah  mobilitas pembawa muatan yang tinggi. Sifat ini dan lainnya menyebabkan graphene banyak diteliti, baik secara teori maupun eksperimental. Grafit sebagai bahan graphene adalah salah satu bentuk alami karbon. Satu milimeter grafit terdiri atas tiga juta lapisan graphene yang berdiri satu sama lain, tapi dalam susunan yang lemah. Namun, bila grafit itu diiris tipis-tipis menggunakan selotip hingga tersisa satu lapisan tunggal atom saja dengan metode chemical exfoliation (pengelupasan kimiawi) yang ditemukan Geim dan Novoselov enam tahun lalu, akan menjadi material yang sangat kuat. Meski tak lebih tebal dari sebuah atom, kekuatan graphene memang 100 kali lebih kenyal daripada baja. Sifat tipis dan kuat saja tak cukup untuk menggambarkan kelebihan material ini. Graphene memiliki sifat penghantar (konduktivitas) listrik yang tinggi, seperti halnya tembaga. Massa efektif elektronnya bernilai nol dengan pita celah energi (band gap) juga nol. Elektron-elektron di dalamnya pun bersifat relativistik, yang berarti kecepatannya tinggi. Tiga sifat elektron graphene ini membuatnya sangat cocok dipakai dalam aplikasi elektronika. Graphene juga hampir transparan, dengan persentase cahaya yang diserap hanya sekitar 2,3 %. Ini berarti graphene bisa dipakai sebagai lapisan konduktor transparan, seperti panel sel surya. Maka, aplikasi graphene di masa datang bisa dimanfaatkan untuk membuat komputer berkecepatan tinggi, pesawat terbang dengan berat super ringan, dan layar sentuh transparan.
Andre Geim (51 tahun) menyebutnya material yang bisa mengubah kehidupan manusia, seperti halnya penemuan polimer (plastik) 100 tahun lalu. “Dia memiliki semua potensi untuk mengubah kehidupan Anda seperti halnya yang telah dilakukan oleh plastik. Ini benar-benar sangat menarik,” kata ilmuwan yang kini mengajar di Universitas Manchester, Inggris, ini. Jadi, akankah graphene akan menggantikan peran yang telah diemban plastik di masa mendatang, mengingat ketipisan dan kekuatannya itu? Menurut Michael Strano, kimiawan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), mencoba untuk memprediksi penggunaan graphene bukan hal mudah.
Akan tetapi, dia dan ilmuwan lain punya beberapa harapan. Barang elektronik yang berbahan graphene membuat kerja transistor makin cepat. Transistor merupakan komponen kunci sirkuit elektronik. Ini akan menjadikan kinerja komputer menjadi lebih baik. Rangkaian elektronik yang terbuat dari graphene, bahkan dikabarkan dapat mencapai kecepatan satu terahertz (THz) atau 300-400 kali kecepatan prosesor Pentium saat ini.
Dengan sifatnya yang transparan, graphene berpotensi menggantikan bahan film oksida logam berbasis indium yang selama ini dipakai untuk layar LCD televisi dan telepon seluler. Padahal, bahan indium semakin mahal karena jumlahnya terbatas. Ini bisa menjadi solusi baru teknologi layar sentuh atau panel surya.
“Kekuatannya yang luar biasa dapat pula untuk membuat material komposit baru yang superkuat sekaligus super ringan, yang bisa digunakan untuk bahan rancang bangun pesawat, mobil, dan satelit,” tambah Komite Nobel. United States Geological Survey Mineral Resources Program mencatat, pada tahun 2007 produksi grafit (sebagai bahan graphene) dunia mencapai 1,11 juta ton. Sayangnya, produksi bahan graphene secara massal belum ada sehingga belum digunakan untuk membuat produk konsumen. “Kebanyakan ilmuwan mempelajarinya untuk mengetahui dasar fisikanya,” kata Strano.
Joseph Stros cio, fisikawan di National Institute of Standards and Technology, memperkirakan, butuh waktu 5-10 tahun sebelum graphene diproduksi massal. Para peneliti masih tetap mencoba mencari cara praktis membuat graphene murni dalam jumlah banyak, seperti halnya membuat selotip. Yang jelas, produksi massal graphene tentu tak lagi memakai selotip Scotch 3M.
Sifat-sifat graphene yang eksotis telah menarik perhatian para ahli fisika yang ingin menelitinya, dan ahli nanoteknologi yang ingin mengeksploitasinya untuk membuat peralatan-peralatan mekanik dan elektrik baru. “Terdapat dua gambaran yang membuat graphene luarbiasa,” kata Kirill Bolotin, yang baru saja bergabung dengan Vanderbilt Department of Physics and Astronomy sebagai asisten profesor. “Pertama, stuktur molekulnya sangat tahan terhadap kerusakan. Para peneliti harus membuatnya dengan buatan tangan untuk meneliti efek-efek yang dimilikinya. Kedua, elektron-elektron yang membawa muatan listrik berjalan jauh lebih cepat dan umumnya berperilaku seolah-olah mereka mempunyai massa yang jauh lebih kecil daripada jika mereka melewati logam-logam atau superkonduktor biasa.”
Memahami sifat-sifat elektrik graphene adalah penting karena tidak seperti material lainnya yang digunakan dalam industri elektronik, tetap stabil dan menghantarkan dalam skala molekuler. Sebagai akibatnya, ketika teknologi silikon terbaru mencapai batas miniaturnya yang fundamental pada tahun-tahun mendatang, graphene dapat sangat baik menggantikannya. Sementara, beberapa ahli fisika teori tertarik pada graphene untuk suatu alasan yang sangat berbeda .  graphene memberikan suatu cara baru untuk menguji teori mereka.

Nah kira-kira untuk Penghargaan Nobel dalam bidang fisika di Tahun 2011 nanti siapa ya Ilmuwan yang akan meraihnya? dan akankah ada Ilmuwan Fisika asal Indonesia yang Mampu Meraih Penghargaan Bergengsi tersebut?. Semoga saja Indonesia di masa depan dapat melahirkan Ilmuwan-ilmuwan Fisika yang mampu memanfaatkan Ilmunya untuk bangsa bahkan dunia dan mendedikasikan karyanya untuk hal-hal yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar